Inilah Pembuktian Plato Tentang Atlantis Misteri Kota Yang Hilang Dalam Semalam
Atlantis, kota mitos yang dikisahkan tenggelam di bawah laut, telah lama memikat imajinasi banyak orang. Konon, kota ini terletak di suatu tempat di Samudera Atlantik, menunggu untuk ditemukan kembali. Namun, apakah Atlantis benar-benar ada?
Asal Mula Mitos Atlantis
Atlantis pertama kali muncul dalam dua dialog Plato lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Cerita ini hampir pasti merupakan fiksi yang dirancang untuk menyampaikan pesan moral kepada para pembaca Plato. Namun, seiring waktu, kisah ini tertanam dalam imajinasi kolektif kita, dengan penulis modern yang menghiasi dan mengembangkan teori mereka sendiri tentang nasib Atlantis.
Cerita Atlantis Menurut Plato
Menurut Plato, Atlantis ada sekitar 9.000 tahun sebelum zamannya. Peradaban ini digambarkan sebagai bangsa yang sangat maju, terdiri dari setengah manusia dan setengah dewa, yang tinggal di serangkaian pulau di Samudera Atlantik. Kekayaan alam yang melimpah, angkatan laut yang kuat, dan kekayaan besar membuat Atlantis menjadi peradaban yang tak tertandingi. Namun, kekuasaan dan kekayaan membuat penduduknya lalai menghormati para dewa, menjadi tidak bermoral, serakah, dan sombong.
Sebagai hukuman, para dewa mengirim gempa bumi dan api yang menghancurkan Atlantis. Dalam satu malam yang mengerikan, kota ini tenggelam di bawah air. Sejak saat itu, wilayah lautan tempat Atlantis pernah berada dianggap tak dapat dilalui karena reruntuhan kerajaan yang tenggelam.
Kenyataan atau Fiksi?
Plato menulis kisah Atlantis sebagai eksperimen pemikiran, bukan sebagai catatan sejarah. Dalam dialognya, Socrates meminta para pengikutnya untuk membayangkan negara-kota yang bisa dibandingkan dengan Athena. Atlantis adalah salah satu dari tiga negara-kota fiksi yang digunakan untuk eksperimen ini.
Fakta bahwa Critias, narator cerita tersebut, menggambarkan peristiwa yang terjadi ribuan tahun sebelum zamannya menjadi petunjuk bahwa kisah ini adalah fiksi. Selain itu, Plato menggunakan cerita ini sebagai alegori untuk memperingatkan orang Athena tentang bahaya keangkuhan dan keserakahan.
Evolusi Mitos Atlantis
Sejak zaman Plato, banyak penulis telah menambahkan elemen fantastis pada kisah Atlantis. Pada abad ke-19, Jules Verne menggambarkan Kapten Nemo mengunjungi kota yang tenggelam dalam salah satu novelnya. Namun, beberapa orang, seperti Ignatius Donnelly, percaya bahwa Atlantis adalah kenyataan dan merupakan asal mula peradaban besar lainnya.
Donnelly, dalam bukunya "Atlantis: The Antediluvian World," menyajikan teori bahwa Atlantis adalah semacam Taman Eden dari mana semua peradaban besar lainnya muncul. Buku ini menjadi sangat populer di Amerika Serikat, membantu menyebarkan gagasan bahwa Atlantis adalah fakta sejarah.
Atlantis dalam Filsafat Nazi
Nazi juga terobsesi dengan ide superioritas ras, dan beberapa pemimpin Nazi, seperti Heinrich Himmler, percaya bahwa Atlantis adalah sumber asal mula ras Arya. Ekspedisi ilmiah Nazi bahkan dikirim ke Tibet untuk mencari bukti keturunan Atlantis. Temuan mereka, meskipun tidak dapat dipercaya, digunakan untuk mendukung kebijakan rasial mereka yang mengerikan.
Mencari Kota Atlantis yang Hilang
Pencarian Atlantis tidak berhenti di tangan Nazi. Peneliti modern telah mencari kota ini di berbagai lokasi seperti Bolivia, Spanyol, dan Antartika. Beberapa sarjana berpendapat bahwa peradaban Minoa, yang merupakan kekuatan angkatan laut penting di Kepulauan Aegean, mungkin mengilhami cerita Plato. Seperti Atlantis, peradaban Minoa juga mengalami bencana alam yang mengerikan dan akhirnya runtuh.
Meskipun bukti konkret tentang keberadaan Atlantis belum ditemukan, cerita ini terus memikat dan menginspirasi banyak orang. Apakah Atlantis benar-benar ada atau hanya fiksi, kisahnya mengingatkan kita akan kebesaran dan keruntuhan peradaban manusia serta pelajaran moral yang dapat kita ambil darinya.